SEJARAH STASIUN JOMBANG
Selamat datang di situs Yusron Sayoga
Yuwono
Well, disini kita akan membahas tentang
Sejarah Stasiun Jombang.

Kereta Api dan Double Rel (Picture By @yusronsayoga)
Masih ada sisa-sisa kejayaan perkeretapian di Jombang. Dibangun pada era
penjajahan Belanda, sampai saat ini bangunannya masih utuh meski telah berubah
fungsi. Salah satunya adalah Stasiun Jombang Kota yang berdiri tepat di sebelah
selatan jalan yang kini disebut Jalan Seroja.
Tidak jauh dari kompleks Pasar Legi Citra Niaga Jombang.
Berbentuk bangunan sepanjang 70 meter dengan lebar 40 meter dan bertinggi lebih
dari lima meter, bangunan ini berdiri dan menghadap arah utara.
Jika dilihat sekilas, bangunan ini mungkin hanya terlihat
layaknya rumah kuno saja. Atapnya ditutup genteng lama yang hingga kini masih
belum diganti, pertanda kuatnya bangunan. Sementara temboknya dibangun dari
struktur batu bata kokoh yang sangat tebal, di bagian bawah tembok dipasang
ornamen kerikil yang disusun rapi khas bangunan era kolonial.
Ada empat pintu di bagian luar yang masih terjaga kondisinya
hingga kini dan belasan jendela lainnya. Pintu di bagian luar menghubungkan
dengan ruangan masing-masing serta dua pintu di bagian dalam yang menghubungkan
masing-masing ruangan. Di dalam gedung ini ada lima ruangan.
Dikutip dari radar jombang beberapa benda yang bisa menunjukkan jika bangunan ini
adalah bekas stasiun adalah tulisan yang terletak di sudut atas bagian timur
bangunan ini yang berbunyi Jombang Kota +37. Selain itu papan aset milik PT KAIdi sebelah pintu utara juga beberapa kotak tua di dalam gedung.
Ya, nama stasiun ini dulunya adalah Stasiun Jombang Kota
yang biasa disingkat (JGK). Sedangkan lambang +37 menyatakan jika bangunan ini
berdiri di atas ketinggian 37 meter dari permukaan laut.
Dari data yang berhasil didapat dari PT KAI, stasiun ini
dibuka bersamaan dengan selesainya segmen Jombang–Jombang Kota pada tanggal 1
Januari 1898 dan dilanjut menuju Dolok pada tanggal 16 Agustus 1899. Dan
operasionalnya di bawah perusahaan kolonial Babat Djombang Stroomtram
Maatschappij (BDSM).
Mulanya, jalur kereta apinya juga memiliki percabangan
pendek sejauh 800 meter menuju Pasar Kota Jombang, yang dioperasikan oleh
Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM). Hingga akhirnya diakuisisi perusahaan
kolonial lain yakni Staatsspoorwegen pada 1 Desember 1916.
Stasiun ini sendiri dilanjutkan pengelolaannya setelah
Indonesia merdeka. Sempat melayani sejumlah perjalanan orang hingga barang dari
Jombang-Babat, penutupan stasiun ini dilakukan pada tahun 1980 sejalan dengan
penutupan jalur Jombang-Babat untuk kereta api.
Berikut adalah Peta lokasi Stasiun Jombang Baru
Selamat datang di situs Yusron Sayoga
Yuwono
Well, disini kita akan membahas tentang
Sejarah Stasiun Jombang.
![]() |
Kereta Api dan Double Rel (Picture By @yusronsayoga) |
Masih ada sisa-sisa kejayaan perkeretapian di Jombang. Dibangun pada era
penjajahan Belanda, sampai saat ini bangunannya masih utuh meski telah berubah
fungsi. Salah satunya adalah Stasiun Jombang Kota yang berdiri tepat di sebelah
selatan jalan yang kini disebut Jalan Seroja.
Tidak jauh dari kompleks Pasar Legi Citra Niaga Jombang.
Berbentuk bangunan sepanjang 70 meter dengan lebar 40 meter dan bertinggi lebih
dari lima meter, bangunan ini berdiri dan menghadap arah utara.
Jika dilihat sekilas, bangunan ini mungkin hanya terlihat
layaknya rumah kuno saja. Atapnya ditutup genteng lama yang hingga kini masih
belum diganti, pertanda kuatnya bangunan. Sementara temboknya dibangun dari
struktur batu bata kokoh yang sangat tebal, di bagian bawah tembok dipasang
ornamen kerikil yang disusun rapi khas bangunan era kolonial.
Ada empat pintu di bagian luar yang masih terjaga kondisinya
hingga kini dan belasan jendela lainnya. Pintu di bagian luar menghubungkan
dengan ruangan masing-masing serta dua pintu di bagian dalam yang menghubungkan
masing-masing ruangan. Di dalam gedung ini ada lima ruangan.
Dikutip dari radar jombang beberapa benda yang bisa menunjukkan jika bangunan ini
adalah bekas stasiun adalah tulisan yang terletak di sudut atas bagian timur
bangunan ini yang berbunyi Jombang Kota +37. Selain itu papan aset milik PT KAIdi sebelah pintu utara juga beberapa kotak tua di dalam gedung.
Ya, nama stasiun ini dulunya adalah Stasiun Jombang Kota
yang biasa disingkat (JGK). Sedangkan lambang +37 menyatakan jika bangunan ini
berdiri di atas ketinggian 37 meter dari permukaan laut.
Dari data yang berhasil didapat dari PT KAI, stasiun ini
dibuka bersamaan dengan selesainya segmen Jombang–Jombang Kota pada tanggal 1
Januari 1898 dan dilanjut menuju Dolok pada tanggal 16 Agustus 1899. Dan
operasionalnya di bawah perusahaan kolonial Babat Djombang Stroomtram
Maatschappij (BDSM).
Mulanya, jalur kereta apinya juga memiliki percabangan
pendek sejauh 800 meter menuju Pasar Kota Jombang, yang dioperasikan oleh
Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM). Hingga akhirnya diakuisisi perusahaan
kolonial lain yakni Staatsspoorwegen pada 1 Desember 1916.
Stasiun ini sendiri dilanjutkan pengelolaannya setelah
Indonesia merdeka. Sempat melayani sejumlah perjalanan orang hingga barang dari
Jombang-Babat, penutupan stasiun ini dilakukan pada tahun 1980 sejalan dengan
penutupan jalur Jombang-Babat untuk kereta api.
Berikut adalah Peta lokasi Stasiun Jombang Baru
Di Official Website dari Yusron Sayoga Berisi Konten Tentang Kereta Api, Konstruksi Kereta Api, Rel Kereta Api, Jalur Kereta Api, Building Steel Dalam Bentuk Artikel, Video, dan Foto.
Demikian informasi tentang Sejarah Stasiun Jombang. Terima kasih.
Salam
Di Official Website dari Yusron Sayoga Berisi Konten Tentang Kereta Api, Konstruksi Kereta Api, Rel Kereta Api, Jalur Kereta Api, Building Steel Dalam Bentuk Artikel, Video, dan Foto.
Demikian informasi tentang Sejarah Stasiun Jombang. Terima kasih.
Salam